Showing posts with label DENGAN NOSTALGIA. Show all posts
Showing posts with label DENGAN NOSTALGIA. Show all posts

Friday, 18 December 2015

Teruntuk Tuan A



Sebelum membacanya silahkan putar lagu ini dan mulai membaca di saat detik ke 0.36

Thursday, 3 December 2015

Untukmu Yang Menggetarkan Hatiku



Untukmu yang menggetarkan hatiku...

Untukmu yang sejak pertama mampu menggetarkan hatiku dengan cepatnya. Hanya dengan satu tatapan dari dua bola matamu semua batu dan kerikil tajam yang ada dihati ini seketika mencair dan mereda. Sosok sederhana dan pendiam itu begitu teduh tatapannya. 

Saat itu pula seketika terucap kata dalam hati "Mengapa sebahagia ini saat ia didekatku?".

Monday, 31 March 2014

Surat Untuk Mantan



"Ada senja yang belum usai" begitu kata mu.

Terbaca sebuah kata yang seketika membuat tangan ini menorehkan balasan dalam kertas.
Sebelum lagu ini mencapai menit terakhirnya aku pun tergerak untuk kembali melihat semua yang telah tersusun rapi didalam kotak ini.

Kotak coklat ini bagaikan roll film yang menyimpan adegan demi adegan yang terekam.
Mereka itu saksi.
Saksi dari sebuah cinta yang tak sempat menjadi KITA.

"Aku dan Kamu itu Kita dengan Cinta" aku ingat betul ucapan hangatmu di kala mendung sedang menghampiri kota yang menjadi tempat kelahiran kami berdua.

Ada sebuah mawar merah yang bunganya sudah kering di kotak coklat ini.
Melihatnya aku menjadi ingat sebuah bangku di salah satu taman kota dekat komplek rumah ku.
Ketika waktu menjadi hal yang mahal bagi Kita untuk bertemu, mendatangi taman itu menjadi hal mudah tanpa harus berpikir lagi kemana kita akan menghabiskan waktu.

Aku ingat mawar ini kau bawa setelah dua minggu kau tak mengunjungi ku.
Pekerjaanmu sebagai laki-laki memang harus lebih giat dikarenakan kelak kau harus menjadi kepala keluarga untuk wanita pilihanmu dan juga anak-anak mu nanti.

Sekarang, mawar ini kering.
Harumnya tak seperti dulu saat pertama kali kau memberinya di taman.
Di antara matahari yang telah mulai sedikit demi sedikit pulang ke rumahnya kau memberinya sambil berkata "Jaga mawar ini seperti kau menjaga rasa sampai hari ini".

Untuk seorang laki-laki, Kamu.

Kamu yang dahulu selalu menjadi sisi lain dari Aku.
Kamu yang dahulu selalu menjadi teman penikmat senja bersama ku.
Kamu yang dahulu selalu mendampingi ku di bangku taman itu.
Kamu yang dahulu selalu menjadi Cinta di dalam "Kita" yang terus ku doakan.

Untuk seorang laki-laki, Kamu.

Kamu yang sekarang tak lagi menjadi bagian dari sisi kehidupan ku.
Kamu yang sekarang tak lagi menjadi teman laki-laki penikmat senja ku.
Kamu yang sekarang tak lagi mengunjungi bangku taman itu.
Kamu yang sekarang tak lagi ku sebut dalam doa ku untuk bisa menjadi "Kita".

"Senja yang belum usai silahkan kau selesaikan dengan wanita pilihanmu yang bukan aku, nanti"
- Teman penikmat senjamu, dulu

Akhirnya aku melipat kertas surat ini dan memasukkannya ke dalam amplop merah.



Tulisan ini diikutsertakan untuk lomba #suratuntukruth novel Bernard Batubara

Wednesday, 19 March 2014

Bersama Hujan

Kemudian matanya seperti ingin menerkam tubuhku yang mulai digelayuti dengan rasa dingin yang mengepung disekujur tubuhku. Ini lebih menakutkan dari mahkluk yang mungkin tak terlihat disekeliling kami saat ini. Sudut kota ini sudah semakin sepi dan tak terlalu terdengar hingar bingar suara kendaraan yang berlalu-lalang. Sementara itu hujan turun semakin deras menghujani kota kelahiran ayahku yang pada akhirnya karena ayah juga aku berada disini.

Bandung selalu semakin terasa syahdu ketika hujan turun. Semakin terasa lebih hangat mungkin jika hujan-hujan seperti ini kau sedang bersama seseorang (bukan) kekasihmu. Mungkin aku sedang merasakan kehangatan itu. Kedua tangannya mulai menggenggam kedua tanganku, sela-sela jarinya dimasukkan kedalam sela-sela jariku. Kami pun saling menggenggam.

Aku tak mau memikirkan hal apapun yang lain selain niatnya yang hanya untuk mencoba meminimalisir rasa dinginku. Kami harus berteduh disuatu mini market yang telah tutup semenjak jam 10 malam tadi. Semakin deras hujan itu turun semakin deras pula ribuan getaran yang muncul di dadaku.

"Ami.." ia memanggilku dengan lembutnya.

Aku hanya mengarahkan mataku ke arah matanya. Entah perasaan seperti apa yang sedang aku rasakan saat ini. Rambutnya yang basah juga mata sayunya yang terlihat semakin sayu karena air yang belum sempat terusap diwajahnya seakan memaksa aku untuk menelisik lebih dalam.

"Ami.. sampai saat ini aku tak pernah tahu jawabannya, mengapa rasa sebagai teman tak pernah benar-benar hanya sebagai seorang teman. Terlebih kepadamu" lalu ia semakin erat menggenggam jemariku.

Terlambat

Lebih baik datang terlambat daripada tidak datang sama sekali begitu kira-kira kalimat yang sering diucapkan jika kita terlambat untuk suatu hal.
Namun bagiku semua keterlambatan itu sekarang sudah ada ditempatnya.
Aku mencoba.
Setidaknya itu pembelaanku.

Mencoba itu lebih baik ketimbang terus memikirkan "bagaimana-bagaimana" yang sepertinya tidak seburuk yang dipikirkan.

Ya, mungkin aku terlambat untuk mendapatkan apa yang aku mau.
Mendapatkan setengah hatimu saja nampaknya itu mustahil untuk saat ini.
Kau telah terlebih dahulu dibiarkan Tuhan memilih yang lain.

Asalkan kamu tahu.
Ada satu hal yang benar-benar membuat aku yakin kalau mungkin ini adalah yang terbaik.
Adalah ketika semua keraguanku menjadi tidak ragu untuk akhirnya ku katakan kepadamu.
Kemudian aku harus menerima kenyataan bahwa kau telah dimiliki hati yang lain.

Mungkin itu cara Semesta membuat isyarat bahwa memang untuk saat ini kau belum di ijinkan untuk mendekat ke arahku.

Itu baik, menurutNya.
Dan aku menerima semua keterlambatan ini.
Sambil terus berharap bahwa akan ada yang selalu datang untuk mengganti yang telah lalu.