Sore ini tepat disebuah coffee
shop bernama Backyard Coffee di daerah
bintaro sektor 7 yang bernuansa
minimalis dengan sofa dan kursi-kursi karyu serta foto-foto dan cd yang
terpajang di dinding membuat aku semakin menikmati detik demi detik suasana ditempat
ini. Alunan lagu kesukaan yang selalu diputar ditempat ini menambah rasa nyaman
untuk terus berlama-lama disini. Coffee shop ini milik salah satu band
Indonesia Maliq & D’essentials. Band tersebut
adalah band favorit aku dengan Kumala dan itu sebabnya aku memutuskan untuk
bertemu di tempat ini.
Jam tanganku telah
menunjukkan pukul 4 sore namun belum juga aku melihatnya, sambil menikmati lychee tea
yang telah aku pesan mataku terus
bergerak kesana kemari memastikan dirinya yang seharusnya telah datang.
Ditempat ini hanya ada aku dan dua orang yang sepertinya sedang meeting.
Suasana hening walaupun sesekali terdengar kedua orang itu sedang sibuk
memastikan kapan tanggal yang tepat untuk memulai event yang akan mereka laksanakan.
Tiba-tiba kulihat mobil berwarna putih berhenti
didepan backyard coffee, mobil
itu tak asing bagi ku benar saja tak lama seorang wanita berambut hitam sebahu
berkaos
polos berwarna putih dengan paduan jeans hitam dan flatshoes berwarna merah
keluar dari mobil itu. Namanya Kumala, seperti
biasa penampilannya selalu saja membuat aku terpesona akan kecantikannya. Kumala tak hanya cantik ia juga
pintar semenjak smp hingga
sma ia selalu mendapatkan gelar juara umum juga kepopulerannya disekolah karena
aktif di ekskul paduan suara.
“Maaf al aku terlambat” katanya
sambil menjabat tanganku dan mencium pipi kiri dan kanan ku. “Iya tak apa belum selama aku menantimu” tambahku. Kumala hanya tersenyum
mendengar perkataanku barusan “ahhh ini lagu favorit ku” ucap Kumala kurasa ia ingin
mengalihkan pembicaraan, pas
sekali memang kedatangannya disambut
dengan lagu untitled dari Maliq & D’essentials.
“Iya aku ingat kau menyanyikannya dengan merdu
sewaktu pentas seni
sma dulu” lagi-lagi Kumala
hanya tersenyum bibirnya yang tipis dibalut dengan lipstick berwarna pink soft membuatnya
semakin
terlihat sangat manis.
“Kamu hanya pesan ini?“
tanya Kumala
padaku. “Aku menunggumu bukankah kita selalu memesannya bersamaan?” selalu saja aku ingin menikmati
apapun bersamanya.
“Ahhhh kamu ini masih saja begitu”. Lalu kami pun memesan dua cangkir kopi, aku memesan
cappucinno dan Kumala memesan hot chocolate.
Detik
demi detik kami habiskan untuk menikmati secangkir kopi sekaligus membahas semua
yang telah kita lalui, aku tanpa Kumala dan Kumala tanpa aku. Ditengah perbincangan
kami tiba-tiba terdengar suara panggilan telepon dari handphone Kumala.
“Hallo,
ada apa?” …………… Kumala mengangkatnya.
Sekitar
10 menit Kumala menerima telepon entah dengan siapa ia berbicara yang aku
tangkap ia memastikan akan tiba ditempat yang telah dijanjikan 1 jam lagi.
“Altaf,
maaf aku harus pergi ada telepon mendadak, gak apa-apa kan kalau aku tinggal?”
Kumala coba menerangkannya dengan penuh kelembutan. “Ohh oke, santai aja” sahut
ku sambil melemparkan senyum. Aku tak bertanya apa yang membuatnya harus
tiba-tiba meninggalkan pertemuan ini.
“Aku
pamit ya al, next time kita atur pertemuan lagi” ucap Kumala sambil masuk ke
dalam mobilnya. Aku hanya memandangi dari samping mobilnya sambil terus
tersenyum pertanda aku sangat berterima kasih atas kehadirannya hari ini.
Walaupun ia meninggalkan separuh pertemuan kami.
***
Hari ini
aku berniat untuk pergi ke salah satu florist untuk membeli bunga dan di kirimkan kepada Kumala. Jam dinding ku
telah berderu kencang itu berarti waktu sudah menunjukkan pukul 1 siang. Aku
segera bersiap-siap, siang ini di luar hujan aku memutuskan untuk memakai
sweater berwarna coklat polos yang tergantung di lemari.
“Ma,
Altaf pergi dulu yaaaa..” sambil mencium kening mama dan mengambil sepotong
roti di meja. “Jangan pulang sore-sore ya hari ini papa pulang nanti malam kita
makan diluar” mama berbisik di telinga ku. “Aduuhh maa geli ihhh pake
bisik-bisik segala, iyaa bentar kok cuma ke toko bunga habis itu pulang” sambil
berlalu aku menuju garasi mobil. Hujan sedang sering menghamipri kota kami
entah kenapa mungkin karena semua penghuninya sedang merindukan basuhan basah
yang menghangatkan suasana.
Setelah
sampai di florist aku segera memilih bunga yang akan aku kirim kepada Kumala.
“Mas mau cari bunga apa?” Tanya salah seorang penjaga florist itu kepada ku.
“Emmm… aku juga gak tau kira-kira kamu bisa bantu gak?” jawab ku. “Untuk
diberikan kepada siapa? Teman? mama? Atau
pacar ?” penjaga itu bertanya lagi. “Buat seseorang dibilang pacar juga
bukan..” ujar ku sambil tertawa.
“Pasti
masih pedekate ya mas, kira-kira orangnya seperti apa?” “orangnya cantik,
lembut, sopan, rambutnya bagus, suaranya juga merdu, matanya coklat……”
“mas..mas..” tiba-tiba saja tangan penjaga itu menepuk-nepuk bahuku. “ohhh maaf
jadi ngelamun” “kayaknya mas nya suka banget yah sama mbak nya sampe bikin
ngelamun gitu” sambil tertawa dan
membuat matanya semakin sipit.
Penjaga
florist itu segera menunjukkan beberapa mawar dengan macam warna yang berbeda. “Kalau
dengar dari gambaran mas tentang mbaknya kayaknya mawar warna merah muda ini
cocok untuk dia mas”. Mawar berwarna merah muda itu melambangkan kebahagiaan
dan kelembutan sama seperti Kumala ia wanita yang lembut serta selalu membuat aku
merasa bahagia karena telah dipertemukan dengannya.
“Iya mbak
saya mau yang ini ya, nanti dikirim ya mbak alamatnya ini udah aku tulis terus
jangan lupa kartu ucapan ini juga ditaruh di bunganya” sambil menujukkan
secarik kertas bertuliskan alamat rumah Kumala. Penjaga florist itu pun segera
merangkai bungai yang telah aku pesan matanya terlihat sangat sipit ketika
wajahnya serius merangkai sebuket bunga mawar untuk Kumala.
Akhirnya
aku meninggalkan florist itu dan pulang kerumah. Aku harap Kumala bisa suka dengan
bunga yang aku kirimkan. Sudah bisa ku bayangkan bibir tipisnya merekah dengan
indah seindah bunga yang baru mekar.
***
Keesokan
harinya aku menerima sebuah pesan singkat dari serorang wanita yang selalu saja
membuatku tersenyum simpul ketika mendengar namanya. Ia ingin bertemu denganku,
nampaknya bunga yang aku kirimkan kemarin telah diterimanya. Hari ini dia
mengajakku bertemu di Backyard Coffee lagi. Sekitar jam 3 sore aku telah bersiap-siap
menuju tempat yang akan mempertemukan kami berdua.
Sesampainya
disana mobil putih telah terparkir didepan coffee shop favorit kami berdua ini.
Aku pun segera masuk kedalam dan tentu saja disuatu sudut perempuan cantik itu
telah menungguku. “Hei maaf kali ini kau yang harus menunggu” aku mencium pipi
kanan dan kirinya tubuhnya wangi aroma parfum strawberry.
“Altaf sejak kapan kamu suka kirimi
aku bunga?” ia tersenyum. Kumala andai kamu tahu bunga itu ku beri untukmu
sebagai tanda terima kasihku karena kau kembali ke kota ini. “ Thank you so
much al, aku suka sekali warna bunganya” ia menatap dalam mataku. Aku bersyukur
Kumala datang kembali ke kota ini setelah lulus sma dan akhirnya ia melanjutkan
kuliah di Surabaya aku tidak lagi bertemu dengannya.
“Jadi
kamu apa kabar al? kerjaan gimana? Terus keluarga sehat-sehat kan?”
“Nanyanya
satu-satu dong cantik”
Kumala
tertawa “Al..al masih aja kamu”. Sewaktu sekolah dulu aku sering memanggil
Kumala dengan sebutan “Cantik”.
“Aku
baik, mama sama papa juga Alhamdulillah sehat, kerjaan juga lancar cuma hati
aku aja yang gak lancar mal semenjak ditinggal kamu”.
“Al..
kamu ini yaaa” ia hanya menggelengkan kepalanya.
“Kamu
gimana jadinya, udah pasti kerja di Jakarta?’
“Iyaa aku
di pindahin kesini al, seneng si karena bisa tinggal bareng sama keluarga lagi
tapi kadang masih kangen juga sama Surabaya”
“Kangen
sama kotanya apa ada yang dikangenin disana?”
“Banyaaak..yang
pasti aku bakal kangen sama temen-temen, suasana Surabaya, makanannya, ahhh
pokoknya semuanya”
“Tapi apa
kamu gak kangen sama yang nunggu kamu di Jakarta?” aku memotong pembicaraan.
Kumala
tak mengubris pertanyaanku ia hanya tersenyum dan hanya terus menikmati secangkir
kopi yang dipesannya. Kemudian aku teringat akan sebuah pernyataanku dahulu
sebelum ia pergi ke Surabaya. Aku berpesan padanya jikalau ia kembali akan ada
yang selalu setia menantinya. Ku penuhi janjiku sampai akhirnya ia kembali ke
Jakarta tak pernah aku menoleh pada wanita yang bahkan lebih cantik dari
Kumala. Aku ini siapa untuknya kiranya tak penting bagiku menurutku aku
janjikan dirikulah yang akan siap untuk direpotkan olehnya sudah menjadi
kebahagiaanku. Karena dengan itu aku merasa dibutuhkan walaupun hanya
berlandaskan rasa terima kasih.
Semua gambar yang terpajang di
dinding nampaknya tahu bahwa aku sangat menantikan hari ini. Hari dimana aku
duduk berdua dengannya sambil berbincang-bincang dan tanpa ada yang menyuruhnya
untuk lagi meninggalkan pertemuan kami.
Alunan lagu dan nyanyian kecil dari Kumala yang mengikuti lagu-lagu yang
terdengar serasa lilin ditengah kegelapan.
Dering
suara panggilan masuk….
Aku
menerima telepon yang ternyata dari rekan kerjaku.
“Dari
siapa? Kedengerannya suara cewek al? pacar ya?”
Aku
setengah tertawa “sejak kapan ada yang gantiin kamu disini”.
Kumala
terdiam. Ia sedikit menarik napas “Al kalaupun menurut kamu ga ada yang gantiin
aku ditempat kamu tapi akan ada yang gantiin kamu ditempatku.”
Aku
terkaget mendengar ucapan Kumala barusan “Ya itu kamu bukan aku Kumala”.
Wanita
yang ada didepanku kini hanya mengaduk-ngaduk secangkir kopi miliknya entah apa
yang ada dipikirannya.
“Altaf..
kalau ada satu nama seorang sahabat yang begitu baik disepanjang hidup aku itu cuma
kamu.”
“Aku mau
kamu lebih dari sekedar sahabatku cantik” Balasku.
Kemudian hening untuk beberapa saat
diantara kami. Kumala terlihat memencet nomer telepon aku tak tahu siapa yang
sedang ingin ia hubungi.
“Namanya
Bayu dia pacarku” Kumala memberikan ponselnya kepadaku.
Aku mengambil ponselnya dan
mematikan sambungannya “Kamu gak perlu kenalin siapapun”.
“Al tapi
kamu gak bisa terus-terusan nunggu aku..kamu..”
“Kamu
apa? Kamu mau aku cari pacar juga? Kumala dari dulu aku simpen perasaan ini
baik-baik cuma buat kamu. Apa kamu pikir baru kali ini aku tau kamu punya
pacar?”
Matanya tak menatapku ia seperti
ingin menepis segala perkataan yang akan aku ucapkan kepadanya.
“Kenapa
si dua orang cowok sama cewek yang bersahabat gak bisa cuma punya perasaan
sebagai sahabat aja dan gak lebih?.”
“Kamu
tanya itu sama siapa? Sama aku? Gak ada yang pernah tau dan gak aka ada yang
bisa menghalangi ketika cinta itu datang mal. Kalaupun aku bisa milih aku gak
akan milih kamu yang jelas-jelas emang dari awal kita sahabatan dulu hanya
anggap aku sebagai sahabat.”
“Al..cukup.
Aku mau pulang sekarang” Kumala membereskan isi tasnya.
Aku menahannya pergi “Duduk sebentar
disini Kumala aku mau kamu denger semuanya, karena aku gak tau setelah kamu
pergi dari sini aku masih bisa ketemu kamu lagi atau enggak.”
Air matanya perlahan mulai jatuh
entah apa yang membuatnya menangis, mungkin ia kasihan melihat seorang
laki-laki sedang mengemis cinta kepadanya. Pengemis cinta yang menahun menaruh
harap akan cintanya.
“Kumala, tadi
kamu bilang aku adalah sahabatmu yang terbaik disepanjang hidupmu. Alasanmu
membuatku semakin yakin bahwa hanya aku yang terbaik untukmu. Jikalau ada yang
lain dihatimu mungkin hanya di suatu sudut bukan dibagian ruangnya. Aku akan
biarkan kau menjalin hubungan cinta dengan siapapun. Aku hanya akan melihatmu
dari tempatku dan tak akan aku mengusikmu.”
Kumala semakin tak bisa menahan air
matanya aku tak pernah bisa melihatnya menangis seperti ini.
“Kamu
menaruh cinta yang salah al” ucap Kumala sambil mengusap air matanya.
“Gak ada
cinta yang salah Kumala hanya keadaan dan waktu yang terkadang membuatnya
terlihat salah. Gak ada yang bisa menyalahkan orang jatuh cinta karena siapapun
dia gak ada yang bisa menahannya untuk datang.”
Aku berpindah tempat dan duduk
disamping Kumala “Kumala aku hanya ingin kau tahu bahwa aku yang akan kau cari
ketika semuanya sudah berada di waktu yang tepat. Kamu seseorang yang layak
untuk aku tunggu karena cinta ini tak pernah salah untuk aku tempatkan kepada
hatimu.”
Kumala tak mengucapkan sepatah kata
apapun ia hanya memelukku sangat erat inilah hal yang terberat untukku. Pelukan
erat ini menjadi pukulan bagiku bahwa tak bisa ia ku miliki untuk saat ini akan
banyak hari dan waktu yang harus aku relakan untuk melihatnya dengan orang
lain.
“Cintamu memang tak pernah salah
Al.. aku yang salah..” sambil tersedu-sedu ia mengucapnya.
Kumala…