Monday 21 October 2013

Dimulainya Hari Ini

Jika telepon genggam ku bisa bertindak sendiri mungkin ia sudah lancang mengirimkan semua pesan yang tersimpan di draft. Tapi disini manusia masih mempunyai peran untuk mengendalikan apa yang ingin ia kirimkan walaupun berbeda dengan apa yang sebenarnya ingin disampaikan. Sudah hampir habis hari ini namun tak juga namanya tertera di kotak masuk ponselku. Biarlah mungkin memang ini yang menjadi pilihannya hanya saja aku tak habis pikir kenapa sikapnya bisa seperti itu.

Mataku mulai meminta untuk dipejamkan dan ingin menikmati keheningan malam sampai tiba esok matahari masuk dari jendela kamarku yang terbuka. Aku tinggalkan semua yang nampaknya berjalan tidak sesuai dengan apa yang aku inginkan. Entahlah apa yang akan terjadi esok biarkan semuanya menjadi rahasia yang tak pernah ku ketahui. Abin menjadi suatu rahasia yang sampai saat ini tak ku ketahui mengapa ia menjadi seperti itu.
***

Almost, almost is never enough
So close to being in love
If i would have known that you wanted me
The way i wanted you
Then maybe we wouldn't be two worlds apart
But right here in each other arms

"Haloo kenapa ga?"
"Ven gue di depan"
"Hah?" aku yang sedang memakai dasi segera berlari menuju jendela kamar yang langsung tertuju ke arah pintu gerbang rumah.
"Gue tunggu di bawah" kemudian panggilan teleponnya terputus.
Aku keluar dari kamar untuk menemui Angga. 
"Raveeeeen hati-hati kalau turun dari tangga jangan buru-buru" ucap ayah yang baru saja keluar dari kamarnya.
"Bentar yah ada temen aku di bawah" jawabku sambil menuruni tangga.

Sesampainya di pintu depan tenyata pintu masih terkunci "Buuuu kuncinya manaaa?".
"Apa siih raven dari tadi grasak-grusuk terus teriak-teriak.." ibu menghampiri dan memberikan kunci.

Aku menuju pagar dan membukakan gembok yang masih terkunci untuk Angga "Kok lo gak bilang gue dulu sih kalau mau jemput ke rumah".
"Emang kenapa? kan kalau gue mau sekolah pasti ngelewatin komplek rumah lo dulu jadi sekalian".
"Iya tapi kepagian mas, yaudah motor lo masukin terus sarapan dulu deh yuk di dalem".
"Ehh gak apa-apa nih ikut sarapan?".
"Iya udah buruan masukin.. gue ke dalem dulu yah mau siap-siap lo langsung masuk aja pokoknya" ku tinggalkan Angga yang masih harus memasukkan motornya ke dalam rumah".

"Assalammualaikum".
"Walaikumsalam... ehh Angga sini masuk".
"Iya tante".

"Ven udah siap belum?" teriak ibu dari bawah.
"Iya buuu bentar lagi" saut Raven.

Suara langkah kaki menuruni anak tangga terdengar dan mulai menunjukkan siapa yang turun dari atas. Seorang perempuan berpakaian seragam dengan rambut sebelah kiri disematkan ke telinga dan rambut sebelah kananya dibiarkan terurai. Indahnya pagi mungkin kalah indah dari cantiknya Raven pagi ini.

"Ga siniii kita sarapan" Raven memanggil Angga yang ada di ruang tengah untuk pindah ke ruang makan.
"Ehh ternyata masih pagi udah ada tamu, ayam juga kalah cepet nih kayaknya" ujar ayah.
"Apaan si yah emangnya ayam pagi-pagi bertamu? Oh iya kenalin ini Angga temen sekelas Raven".
"Ohh Angga.. Nak Angga ini tau betul ya caranya biar rezeki gak di patok sama orang jadi datengnya pagi-pagi".
Ibu memotong pembicaraan sambil menaruh piring di meja makan "Sudah..sudaah ayah jangan di dengerin dia suka gitu.. jayus orangnya"
"Bu jayus itu bukannya nama pejabat yang tersandung kasus korupsi itu?".
"Itu Gayus om" saut Angga.
"Loh.. kamu bisa ngomong juga ternyata. saya kira gak bisa abis dari tadi cuma senyum-senyum aja" kami semua tertawa.
"Angga malu-malu yah biasa baru ketemu pertama kali sama ayah".

Sarapan pagi kali ini cukup menyenangkan. Ayah seperti bertemu dengan anak laki-lakinya. Sudah hampir satu tahun kami sarapan hanya bertiga karena kakak tertua ku mendapatkan tugas bekerja di daerah. Ayah sangat suka bercanda dengan Angga yang sesekali mengajaknya bermain plesetan nama-nama tertentu.

"Hati-hati ya nak Angga bawa motornya jangan ngebut. Inget kamu bawa putri kesayangan om".
"Iya om beres".

Kami bersalaman dengan Ayah dan ibu "Bu..yah kita pergi dulu yah".
"Iya hati-hati" ucap ibu.

"Ga makasih ya udah bikin bokap kayaknya kangennya terobati sama anak cowonya gara-gara ada lo di meja makan kita pagi ini".
"Iya sama-sama besok-besok gue numpang sarapannya di rumah lo aja ya berarti".
"Yee numpang idup sama gue dong lo..".
Angga tertawa terbahak "Udaaah buru pegangan ntar kita malah kesiangan lagi".

***

Beberapa siswa terlihat mulai terus melirik jam dinding ataupun jam tangan yang sedang dipakainya ketika bel pertanda istirahat akan segera berbunyi. Konsentrasi untuk belajar seakan sudah terbagi dua dengan segarnya es jeruk dan semangkok bakso di kantin. Aku masih terus tersenyum melihat Raven hari ini, alangkah semesta menciptakan pagi yang begitu indah. Secangkir hangatnya kebersamaan dengan keluarga Raven dan gurihnya ucapan terima kasih dari Raven pagi tadi. 

"Ga traktir gue bakso dong di kantin" tiba-tiba saja celetukan Rina mengalihkan pikiranku tentang Raven untuk sesaat.
"Yee lo pikir gue bapak lo".
"Ihh jahat banget giliran Raven di traktir..".
"Yailaaah Rina bandingin sama Raven ya jelaslah.. Raven minta Angga beliin bakso sama gerobak-gerobaknya juga di beliin" saut Odi.
"Yaudah ven lo minta Angga dong beliin bakso sama gerobaknya kan nanti gue bisa nebeng makan tuh".
"Rin..rin lo mah emang tetep aja maunya yang gratisan sama kaya gue" jawab Odi sambil mengambil sepatu diatas pintu yang disangkut oleh Irfan.

"Apaan si kalian ini.. yang adil tuh beli pake uang sendiri-sendiri buat jajan sendiri juga".
"Nah setuju deh sama Meylin.. yuk aahh kita ke kantin" Raven menggandeng Meylin menuju kantin.
"Ehh tungguin gue" Rina menyusul Raven dan Meylin.

"Sob lo gak ke kantin?".
"Enggak ahh kenyang nanti aja isirahat kedua".
"Yaudah gue ke kantin dulu lah sob.. laper".
"Eh di bentar deh, menurut lo Raven tau gak si kalau gue punya sesuatu yang khusus buat dia?".
"Khusus? tempat bimbel?".
"Yeee gerobak ketoprak itu kursus".
"Kursus banget si badannya si Meylin".
"Itu kurus broooh.. ettt.. wah lo ngeledekin Mey, gue aduin lo ntar".
"Yaelah sob serius amat pantes ga di pekain".
"Maksud lo?".
"Tau ahh.. kebanyakan nanya lo. Pelan-pelan mangkanya santai liat kanan-kiri jangan lupa".
"Sok tauuuu looo".
Odi kemudian berlalu meninggalkan ku dalam kelas dengan jempol terbalik dibelakang badannya "Buseet bener-bener tuh anak".

***

"Lo nungguin siapa ven?" tanya Angga.
"Gue nunggu di jemput ayah" jawabku terbata-bata.
"Gak bareng sama gue aja nih?".
"Enggak gak usah udah janji soalnya sekalian mau makan siang bareng gitu deh katanya ayah".
"Oh yaudah gue duluan ya ven".
Sementara itu tiba-tiba Odi menghadang motor Angga "Ga nebeng dong..".
"Ogaah balik sendiri lo..".
Tanpa banyak kata Odi langsung saja menaiki motor Angga "Yuk jalan".
Aku hanya tersenyum melihat tingkah kedua anak itu dan akhirnya Angga pulang bersama Odi.

Sebenarnya ayah tak menjemputku dan juga tak ada janji makan siang hari ini. Bukan aku tidak jujur kepada Angga hanya saja tiba-tiba ketika ia bertanya tadi jawaban itu yang terlontar dari mulutku. Aku masih menunggu Abin hanya ingin meingatkan kalau saja ia lupa tentang ajakan ku kemarin. Namun nampaknya anak-anak kelasnya sudah hampir semua keluar dari gerbang sekolah namun aku masih juga tak melihat tanda kemunculan Abin. Selagi istirahat pun aku memang tak melihatnya tapi pikirku ia pasti sedang asik membaca komik di samping ruang perpustakaan atau hanya mengobrol di kelas.

Ku lihat Arumi ia teman sekelas Abin, aku akan coba bertanya padanya "Arumi mau tanya dong, Abin udah keluar kelas belum?".
"Abin? Dia kan gak masuk hari ini".
"Gak masuk? kenapa?".
"Gak ada keterangan ven, Indra juga gak dikabarin".
"Oh gitu.. yaudah makasih ya rum".

Bahkan untuk menghadapi hari ini saja ia tak ingin apalagi mengingat ajakan ku kemarin........

No comments:

Post a Comment