Monday 23 February 2015
Sunday 15 February 2015
Segalanya (Masih) Tentang Kamu
“Masih tentang dia lagi?”
Entah sudah yang keberapa kali
orang-orang di sekelilingku bertanya seperti itu. Aku sering lelah menjelaskan
kepada mereka, tapi untukmu, aku selalu punya alasan untuk menjelasakannya.
Kadang aku kebingungan memaknai
perasaan ini sebagai cinta atau hanya penasaran saja.
Nar, Kau tahu rasanya menunggu?
Bagaimana rasanya? Melelahkan?
Aku pernah menunggu seseorang
begitu lama, sangat lama. Menunggunya dengan segala ketidakpastian, dengan segala
kecemasan, dan menunggu tanpa bisa melakukan banyak hal. Aku pernah berusaha
sekuat tenaga untuk memberitahunya, sekadar membuatnya tahu bahwa ada yang tengah
mengaguminya sejak lama. Menunggu dengan ketidakpastian itu melelahkan, Nar.
Oh ya, tak apa jika kau tak tahu
bagaimana rasanya menunggu seseorang itu, Nar. Kalimat di atas adalah prologku
saja, sebelum memulai menuliskan surat yang mungkin akan mengganggumu. Kau
hanya perlu membaca baik-baik isi surat ini ya.
Jadi aku sudah bisa memulainya
sekarang?
Selamat ulang tahun, Nar.
Selamat berulang tahun, Nar. Selamat menjadi
semakin dewasa. Semoga di usiamu yang baru ini, Tuhan selalu menjagamu dengan
TanganNya. Semoga segala doamu dikabulkan dengan segera. Aamiin.
Nar, maaf jika surat ini mengganggumu.
Bersamaan dengan surat ini, aku ingin memberitahumu sesuatu yang sudah pernah kuberi
tahu padamu beberapa waktu lalu. Maaf jika kubahas sekali lagi dalam surat ini,
sebab seperti ada yang belum selesai di kepalaku.
Begini...
Nar, aku kebingungan mengartikan perasaan
ini sebagai apa. Seperti yang sudah kutuliskan di atas surat ini. Aku sudah bertanya
pada beberapa orang juga tentang apa arti perasaanku padamu, tapi mereka tidak
bisa menjawabnya. Kau bisa membantuku menjelaskannya? Sedikit saja, Nar.
Aku begitu senang mengamati segala yang kau
lakukan, menerka-nerka sendiri bagaimana perasaanmu, dan mendoakan apapun yang
sedang kau perjuangkan. Aku menikmati segala yang ada padamu, sejak hari itu
hingga saat aku menuliskan surat ini untukmu. Aku terlalu payah untuk
mengungkapkannya padamu secara langsung. Aku tidak seberani perempuan lain
untuk menunjukkan bagaimana perasaanku padamu, dan mungkin aku tidak semenarik
itu untuk kau llirik, Nar. Bisa menulis surat dan membicarakan perihal ini saja
aku setengah mati khawatirnya, jangan kau pandang aku sebelah mata ya. Aku
hanya berusaha memberi tahumu untuk yang terakhir kalinya. Tak apa jika kau
belum percaya saat ini, Nar, Aku akan baik-baik saja, sama seperti waktu itu.
Waktu terus bergerak, namun aku masih diam
di tempat, memaknai kau sebagai salah satu yang kuingat dalam doa setiap shalat.
Tak apa jika tangan kita belum berjabat, namun doa untuk kebaikanmu aku selalu
ingat. Nar, Tuhan Maha Membolak balik hati, kau tahu? Ya, kau pasti tahu itu. jika
suatu hari kita diizinkan bertemu dan kau sudah percaya perihal perasaanku
padamu, beritahu aku. Boleh juga kau coba tanyakan bagaimana perasaanku padamu
nanti, barangkali perasaanku masih sama seperti yang kutuliskan dalam surat ini.
Karena untuk mengubah perasaanku padamu, tidak pernah semudah dan sesingkat itu.
Butuh waktu
bertahun-tahun untuk mengungkapkan perasaan ini dengan sebenar-benarnya padamu.
Dalam surat ini, kuberitahu apa yang mungkin tidak pernah kau tahu dari orang
lain. Atau kalau kau sudah tahu, aku hanya ingin meyakinkan saja. Oh ya Nar, dengan
masih menunggumu, aku tahu pasti bahwa kau memang menempati ruangan paling luas
di hatiku.
Sekian dulu suratku, Nar, maaf
mengganggu waktumu. Semoga kelak kita bisa bertemu dan membicarakan ini hingga lupa waktu.
-
Tertanda Aku,
Yang selalu menyebut
namamu dalam doaku.
"Surat cinta yang ditulis oleh seorang guru bernama Nurida Oktafia"
Friday 13 February 2015
Jelita
"Perkenalkan namaku Jelita"
Semenjak perkenalan itu entahlah aku seperti sangat mengenalnya. Sebentar biar ku pikirkan terlebih dahulu.....
Coba aku ingat-ingat lagi.....
Ahh sudahlah nampaknya memang aku tak pernah bertemu kamu sebelumnya. Kau adalah ketidaksengajaan yang telah ditakdirkan, sebenarnya. Sebagian dari kita kadang menganggap apa yang terjadi dengan berkesinambungan itu hanya sebuah kebetulan. Namun pernahkah kamu berpikir jika memang ini kebetulan mengapa kebetulan ini terlihat sama persis.
"Kamu mau pesan apa?"
"Green Tea Latte" ucapnya sambil tersenyum.
"Apa gak mau coba menu yang lain?"
Ia menggeleng.
Dari apa yang ia lakukan aku tidak pernah terasa terganggu tapi berbeda dengan yang satu itu. Green Tea Latte yang menjadi pilihannya selalu saja membuat aku seperti pernah bertemu dengan orang lain yang sama dengannya.
"Kamu mau bicara tentang apa?"
"Bukan apa-apa aku cuma mau bilang kamu selalu cantik, Jelita."
Ia tersipu. Wajahnya memerah. Aku selalu suka.
Jelita adalah wanita cantik yang lugu. Keluguannya itu yang membuatnya selalu saja percaya dengan apa yang aku katakan. Sebenarnya tidak ada yang pernah aku bohongi dari dirinya. Aku mencintai Jelita seperti ia mencintai minuman kesukaannya itu.
Jelita.
Monday 2 February 2015
Googs.Me
" Do What You Love "
Ibarat kata-kata sihir yang dari dulu selalu gue pegang. Mulai masuk kuliah gue coba untuk melakukan hal apapun yang gue suka dan akhirnya di masa-masa itulah gue mencobanya. Kesukaan gue akan musik menjadi sedikit tersalurkan berkat hobi foto panggung gue yang ternyata itu adalah salah satu hal yang udah jadi bagian dari diri gue. Satu lagi yang kaya udah jadi panggilan jiwa gue adalah menulis, gak pernah kebayang kalau kesenangan gue pas waktu kecil nulis diary sampe SMA mulai nulis di blog bikin gue menemukan apa yang menjadi passion gue. Dulu mana kepikiran buat jadi freelance penulis dan sekarang gue bekerja untuk menulis"
Subscribe to:
Posts (Atom)