Showing posts with label DENGAN NOSTALGIA. Show all posts
Showing posts with label DENGAN NOSTALGIA. Show all posts

Friday 18 December 2015

Teruntuk Tuan A



Sebelum membacanya silahkan putar lagu ini dan mulai membaca di saat detik ke 0.36

Thursday 3 December 2015

Untukmu Yang Menggetarkan Hatiku



Untukmu yang menggetarkan hatiku...

Untukmu yang sejak pertama mampu menggetarkan hatiku dengan cepatnya. Hanya dengan satu tatapan dari dua bola matamu semua batu dan kerikil tajam yang ada dihati ini seketika mencair dan mereda. Sosok sederhana dan pendiam itu begitu teduh tatapannya. 

Saat itu pula seketika terucap kata dalam hati "Mengapa sebahagia ini saat ia didekatku?".

Friday 9 October 2015

Berbicara Dengan Diri Sendiri


  Putar lagunya sambil kau membaca kata demi kata dalam tulisan ini.


Menunggu bisa dikategorikan sebagai pekerjaan yang paling tidak menyenangkan. Tapi mengapa pada sebagian orang, menunggu menjadi sesuatu yang nampaknya cukup menyenangkan bahkan dilakukan terus menerus hingga tak terasa sudah bertahun-tahun dilalui. Ya, meski ditunggu atau tidak sebenarnya hasilnya akan tetap sama.

Sudah tau yang ditunggu terus saja melangkah semakin jauh masih saja berusaha keras untuk mengejar. Ia melangkah berdua dengan senyum orang yang disayanginya sedangkan kau sendiri yang kau dapati hanya lelah tak berkesudahan.


Begini saja, bagaimana jika mulai sekarang kau berhenti mengerjarnya. Biarkan ia terus melangkah jauh, semakin jauh, jauh, dan sampai tak terlihat lagi oleh kedua matamu.

Tuesday 18 August 2015

Ruang Hati Seseorang



Kita tidak perlu mengisi hidup orang lain bila ia memang tidak mau di isi, mungkin hatinya sudah penuh. 

Kita dengan sendirinya akan mengisi hidup orang-orang yang masih kosong dengan kita menjadi orang baik, dengan kita berbuat baik, dengan kita berlaku yang santun menjadi orang yang ikhlas dengan sendirinya orang lain akan menempatkan kita dalam posisi-posisi tertentu dalam hidupnya.

Diberikan ruang dalam hatinya tanpa kita minta.

Friday 13 March 2015

Teruntuk

             

Dengarkan lagu ini hingga menyentuh detik terakhirnya. Ada secarik kertas yang ingin ku tuliskan yang dalam tiap kata dan kalimatnya seperti perjalanan sebuah kasih yang pernah dengan megahnya dipertahankan.

Jadi biarkan aku membacakannya untukmu..

Sunday 15 February 2015

Segalanya (Masih) Tentang Kamu

“Masih tentang dia lagi?” 
Entah sudah yang keberapa kali orang-orang di sekelilingku bertanya seperti itu. Aku sering lelah menjelaskan kepada mereka, tapi untukmu, aku selalu punya alasan untuk menjelasakannya.
Kadang aku kebingungan memaknai perasaan ini sebagai cinta atau hanya penasaran saja.
Nar, Kau tahu rasanya menunggu? Bagaimana rasanya? Melelahkan?
Aku pernah menunggu seseorang begitu lama, sangat lama. Menunggunya dengan segala ketidakpastian, dengan segala kecemasan, dan menunggu tanpa bisa melakukan banyak hal. Aku pernah berusaha sekuat tenaga untuk memberitahunya, sekadar membuatnya tahu bahwa ada yang tengah mengaguminya sejak lama. Menunggu dengan ketidakpastian itu melelahkan, Nar. 
Oh ya, tak apa jika kau tak tahu bagaimana rasanya menunggu seseorang itu, Nar. Kalimat di atas adalah prologku saja, sebelum memulai menuliskan surat yang mungkin akan mengganggumu. Kau hanya perlu membaca baik-baik isi surat ini ya.
Jadi aku sudah bisa memulainya sekarang?

Selamat ulang tahun, Nar.

Selamat berulang tahun, Nar. Selamat menjadi semakin dewasa. Semoga di usiamu yang baru ini, Tuhan selalu menjagamu dengan TanganNya. Semoga segala doamu dikabulkan dengan segera. Aamiin.

Nar, maaf jika surat ini mengganggumu. Bersamaan dengan surat ini, aku ingin memberitahumu sesuatu yang sudah pernah kuberi tahu padamu beberapa waktu lalu. Maaf jika kubahas sekali lagi dalam surat ini, sebab seperti ada yang belum selesai di kepalaku.

Begini...

Nar, aku kebingungan mengartikan perasaan ini sebagai apa. Seperti yang sudah kutuliskan di atas surat ini. Aku sudah bertanya pada beberapa orang juga tentang apa arti perasaanku padamu, tapi mereka tidak bisa menjawabnya. Kau bisa membantuku menjelaskannya? Sedikit saja, Nar.
Aku begitu senang mengamati segala yang kau lakukan, menerka-nerka sendiri bagaimana perasaanmu, dan mendoakan apapun yang sedang kau perjuangkan. Aku menikmati segala yang ada padamu, sejak hari itu hingga saat aku menuliskan surat ini untukmu. Aku terlalu payah untuk mengungkapkannya padamu secara langsung. Aku tidak seberani perempuan lain untuk menunjukkan bagaimana perasaanku padamu, dan mungkin aku tidak semenarik itu untuk kau llirik, Nar. Bisa menulis surat dan membicarakan perihal ini saja aku setengah mati khawatirnya, jangan kau pandang aku sebelah mata ya. Aku hanya berusaha memberi tahumu untuk yang terakhir kalinya. Tak apa jika kau belum percaya saat ini, Nar, Aku akan baik-baik saja, sama seperti waktu itu.
Waktu terus bergerak, namun aku masih diam di tempat, memaknai kau sebagai salah satu yang kuingat dalam doa setiap shalat. Tak apa jika tangan kita belum berjabat, namun doa untuk kebaikanmu aku selalu ingat. Nar, Tuhan Maha Membolak balik hati, kau tahu? Ya, kau pasti tahu itu. jika suatu hari kita diizinkan bertemu dan kau sudah percaya perihal perasaanku padamu, beritahu aku. Boleh juga kau coba tanyakan bagaimana perasaanku padamu nanti, barangkali perasaanku masih sama seperti yang kutuliskan dalam surat ini. Karena untuk mengubah perasaanku padamu, tidak pernah semudah dan sesingkat itu.

Butuh waktu bertahun-tahun untuk mengungkapkan perasaan ini dengan sebenar-benarnya padamu. Dalam surat ini, kuberitahu apa yang mungkin tidak pernah kau tahu dari orang lain. Atau kalau kau sudah tahu, aku hanya ingin meyakinkan saja. Oh ya Nar, dengan masih menunggumu, aku tahu pasti bahwa kau memang menempati ruangan paling luas di hatiku.
Sekian dulu suratku, Nar, maaf mengganggu waktumu. Semoga kelak kita bisa bertemu dan membicarakan ini hingga lupa waktu.
-          
Tertanda Aku,
Yang selalu menyebut namamu dalam doaku.
"Surat cinta yang ditulis oleh seorang guru bernama Nurida Oktafia"

Friday 13 February 2015

Jelita

"Perkenalkan namaku Jelita"


Semenjak perkenalan itu entahlah aku seperti sangat mengenalnya. Sebentar biar ku pikirkan terlebih dahulu.....







Coba aku ingat-ingat lagi.....





Ahh sudahlah nampaknya memang aku tak pernah bertemu kamu sebelumnya. Kau adalah ketidaksengajaan yang telah ditakdirkan, sebenarnya. Sebagian dari kita kadang menganggap apa yang terjadi dengan berkesinambungan itu hanya sebuah kebetulan. Namun pernahkah kamu berpikir jika memang ini kebetulan mengapa kebetulan ini terlihat sama persis.

"Kamu mau pesan apa?"
"Green Tea Latte" ucapnya sambil tersenyum.
"Apa gak mau coba menu yang lain?"

Ia menggeleng.


Dari apa yang ia lakukan aku tidak pernah terasa terganggu tapi berbeda dengan yang satu itu. Green Tea Latte yang menjadi pilihannya selalu saja membuat aku seperti pernah bertemu dengan orang lain yang sama dengannya.

"Kamu mau bicara tentang apa?"
"Bukan apa-apa aku cuma mau bilang kamu selalu cantik, Jelita."

Ia tersipu. Wajahnya memerah. Aku selalu suka.

Jelita adalah wanita cantik yang lugu. Keluguannya itu yang membuatnya selalu saja percaya dengan apa yang aku katakan. Sebenarnya tidak ada yang pernah aku bohongi dari dirinya. Aku mencintai Jelita seperti ia mencintai minuman kesukaannya itu.

Jelita.


Saturday 13 December 2014

8 Tahun


"Apa yang gue tulis tepat satu tahun lalu, hari ini hal itu jadi kenyataan"

                                                                   Judul       : 8 Tahun
                                                                   Penulis    : Qiqi Nur Indah Sari
                                                                   Penerbit  : Bitread
                                                                   Harga     : Rp. 38.340

Tuesday 19 August 2014

11:32 PM



Ada degupan yang bergerak lebih cepat dari biasanya.
Perihal suatu rasa yang tersimpan dan dijaga terlalu baik oleh sang pemiliknya.
Ada sebuah ketakutan yang hadir didalam isi kepalanya.
Hingga ia pun larut dalam perjalanan yang membawanya cukup lama dalam suatu ruang tertutup.

Pernah tau rasanya mencintai seseorang yang belum pernah kau lihat bola matanya amat sangat dekat dihadapanmu?.

Cinta datang kepada siapa saja yang dikehendakinya, meskipun kita tak pernah benar-benar tahu bagaimana suaranya terdengar berbisik di telingamu.

Aku pernah dengar begini "Apa yang dipikirkan seseorang yang masih mencintai padahal ia tahu tak pernah balas dicintai".
Satu jawabku, Tulus.

Berbahagialah kalian yang telah dilengkapi.
Jaga setiap langkah yang diikuti dengan niat baik.
Karena kau tidak akan pernah tahu siapa yang terluka atas kebahagianmu.
Namun apa yang lebih besar dari sebuah penerimaan, hanya itu yang mampu menopang segala kekecewaan.

Monday 31 March 2014

Surat Untuk Mantan



"Ada senja yang belum usai" begitu kata mu.

Terbaca sebuah kata yang seketika membuat tangan ini menorehkan balasan dalam kertas.
Sebelum lagu ini mencapai menit terakhirnya aku pun tergerak untuk kembali melihat semua yang telah tersusun rapi didalam kotak ini.

Kotak coklat ini bagaikan roll film yang menyimpan adegan demi adegan yang terekam.
Mereka itu saksi.
Saksi dari sebuah cinta yang tak sempat menjadi KITA.

"Aku dan Kamu itu Kita dengan Cinta" aku ingat betul ucapan hangatmu di kala mendung sedang menghampiri kota yang menjadi tempat kelahiran kami berdua.

Ada sebuah mawar merah yang bunganya sudah kering di kotak coklat ini.
Melihatnya aku menjadi ingat sebuah bangku di salah satu taman kota dekat komplek rumah ku.
Ketika waktu menjadi hal yang mahal bagi Kita untuk bertemu, mendatangi taman itu menjadi hal mudah tanpa harus berpikir lagi kemana kita akan menghabiskan waktu.

Aku ingat mawar ini kau bawa setelah dua minggu kau tak mengunjungi ku.
Pekerjaanmu sebagai laki-laki memang harus lebih giat dikarenakan kelak kau harus menjadi kepala keluarga untuk wanita pilihanmu dan juga anak-anak mu nanti.

Sekarang, mawar ini kering.
Harumnya tak seperti dulu saat pertama kali kau memberinya di taman.
Di antara matahari yang telah mulai sedikit demi sedikit pulang ke rumahnya kau memberinya sambil berkata "Jaga mawar ini seperti kau menjaga rasa sampai hari ini".

Untuk seorang laki-laki, Kamu.

Kamu yang dahulu selalu menjadi sisi lain dari Aku.
Kamu yang dahulu selalu menjadi teman penikmat senja bersama ku.
Kamu yang dahulu selalu mendampingi ku di bangku taman itu.
Kamu yang dahulu selalu menjadi Cinta di dalam "Kita" yang terus ku doakan.

Untuk seorang laki-laki, Kamu.

Kamu yang sekarang tak lagi menjadi bagian dari sisi kehidupan ku.
Kamu yang sekarang tak lagi menjadi teman laki-laki penikmat senja ku.
Kamu yang sekarang tak lagi mengunjungi bangku taman itu.
Kamu yang sekarang tak lagi ku sebut dalam doa ku untuk bisa menjadi "Kita".

"Senja yang belum usai silahkan kau selesaikan dengan wanita pilihanmu yang bukan aku, nanti"
- Teman penikmat senjamu, dulu

Akhirnya aku melipat kertas surat ini dan memasukkannya ke dalam amplop merah.



Tulisan ini diikutsertakan untuk lomba #suratuntukruth novel Bernard Batubara

Wednesday 19 March 2014

Bersama Hujan

Kemudian matanya seperti ingin menerkam tubuhku yang mulai digelayuti dengan rasa dingin yang mengepung disekujur tubuhku. Ini lebih menakutkan dari mahkluk yang mungkin tak terlihat disekeliling kami saat ini. Sudut kota ini sudah semakin sepi dan tak terlalu terdengar hingar bingar suara kendaraan yang berlalu-lalang. Sementara itu hujan turun semakin deras menghujani kota kelahiran ayahku yang pada akhirnya karena ayah juga aku berada disini.

Bandung selalu semakin terasa syahdu ketika hujan turun. Semakin terasa lebih hangat mungkin jika hujan-hujan seperti ini kau sedang bersama seseorang (bukan) kekasihmu. Mungkin aku sedang merasakan kehangatan itu. Kedua tangannya mulai menggenggam kedua tanganku, sela-sela jarinya dimasukkan kedalam sela-sela jariku. Kami pun saling menggenggam.

Aku tak mau memikirkan hal apapun yang lain selain niatnya yang hanya untuk mencoba meminimalisir rasa dinginku. Kami harus berteduh disuatu mini market yang telah tutup semenjak jam 10 malam tadi. Semakin deras hujan itu turun semakin deras pula ribuan getaran yang muncul di dadaku.

"Ami.." ia memanggilku dengan lembutnya.

Aku hanya mengarahkan mataku ke arah matanya. Entah perasaan seperti apa yang sedang aku rasakan saat ini. Rambutnya yang basah juga mata sayunya yang terlihat semakin sayu karena air yang belum sempat terusap diwajahnya seakan memaksa aku untuk menelisik lebih dalam.

"Ami.. sampai saat ini aku tak pernah tahu jawabannya, mengapa rasa sebagai teman tak pernah benar-benar hanya sebagai seorang teman. Terlebih kepadamu" lalu ia semakin erat menggenggam jemariku.

Terlambat

Lebih baik datang terlambat daripada tidak datang sama sekali begitu kira-kira kalimat yang sering diucapkan jika kita terlambat untuk suatu hal.
Namun bagiku semua keterlambatan itu sekarang sudah ada ditempatnya.
Aku mencoba.
Setidaknya itu pembelaanku.

Mencoba itu lebih baik ketimbang terus memikirkan "bagaimana-bagaimana" yang sepertinya tidak seburuk yang dipikirkan.

Ya, mungkin aku terlambat untuk mendapatkan apa yang aku mau.
Mendapatkan setengah hatimu saja nampaknya itu mustahil untuk saat ini.
Kau telah terlebih dahulu dibiarkan Tuhan memilih yang lain.

Asalkan kamu tahu.
Ada satu hal yang benar-benar membuat aku yakin kalau mungkin ini adalah yang terbaik.
Adalah ketika semua keraguanku menjadi tidak ragu untuk akhirnya ku katakan kepadamu.
Kemudian aku harus menerima kenyataan bahwa kau telah dimiliki hati yang lain.

Mungkin itu cara Semesta membuat isyarat bahwa memang untuk saat ini kau belum di ijinkan untuk mendekat ke arahku.

Itu baik, menurutNya.
Dan aku menerima semua keterlambatan ini.
Sambil terus berharap bahwa akan ada yang selalu datang untuk mengganti yang telah lalu.

Wednesday 12 March 2014

Ada Hari Di Bulan Februari

Dari sekian banyak hari yang terlewati ini mungkin menjadi momen yang tak akan pernah ku lupakan.
Cerita yang akan menjadi cerita.

Satu hari di bulan Februari..
Tanggal yang persis sama seperti angka ketika anak-anak remaja kebanyakan membuat pesta pada hari spesialnya itu.
Angka itu di bulan februari menjadi hari yang ditunggu oleh seorang Tuan yang tahun ini berumur sama dengan tempat pemutaran film.

Jauh-jauh hari aku sudah menandai hari itu di kalender.
Bahkan sempat aku berpikir untuk menghadiahkan apa kepadamu?
Ahhh.. hadiah
Sudahlah lupakan tentang hadiah.

Apa yang harus aku harap dari sekedar hadiah yang akan ku berikan.
Karena selama ini perasaanku saja tak pernah kau hadiahi apa-apa bukan?

Apalah aku ini selalu meminta untuk hanya diberi kesempatan namun masih sering berharap lebih.

Tuan..
Kamu tau?

Hari setelah hari bahagiamu terlewat dengan leluasanya aku mengetik kata-kata diponselku untuk ku kirimkan kepadamu.
Hanya ucapan dan doa sederhana yang bisa ku berikan.

Bukan hanya kamu saja yang berbahagia karena banyak orang yang mendoakanmu ketika hari ulang tahunmu.
Tapi aku juga, Tuan.

Aku bahagia dengan ucapan terima kasih yang kau katakan.

Sesederhana itu aku dibahagiakanmu.
Ya, sesederhana itu.

Aku sampai disuatu titik aku tak bisa lagi menantimu.
Bukan aku tak sanggup lagi mencintaimu.
Aku hanya ingin menolong diriku sendiri.

 Mungkin jika ada cinta aku akan tertolong.
Tapi sayangnya selama ini tak pernah ada cinta diantara penantianku.

Cinta itu dua sisi.
Keduanya saling menguatkan dan memberi.
Jika hanya ada satu, yang satunya lagi tertatih untuk berjalan sendiri.
Dan aku tak ingin terus seperti itu.

Setelah pergolakan panjang untuk mengambil keputusan, akhirnya aku berani memutuskan.
Aku memutuskan untuk meledakkan bom atom yang selama ini menunggu untuk diledakkan.

Tuan.. Aku mencintaimu
Itu yang sebenarnya ingin aku katakan dengan mulutku sendiri.
Sebagai ucapan terima kasih karena kamu semua tulisan ini tertulis dan dibaca.

Tapi apa daya, aku menuliskannya dengan cara yang lain.
Cara yang setidaknya bisa kau terima.

Semua rasa yang terpendam selama hampir 8 tahun ku rampungkan dalam hari itu.

Tuan, terima kasih atas setiap jawabanmu.
Aku lega.

Ada hati yang harus kau jaga.
Aku mengerti.
Jaga perempuanmu itu, Tuan.

Kelak jika aku tau kau telah memilih, aku turut berbahagia dan mendoakanmu.

Aku disini, hari ini berjanji untuk membahagiakan diriku sendiri.
Bahagia dengan tidak lagi menunggumu.
Melainkan bahagia dengan menggantikanmu dengan Tuan yang lebih baik.

Wednesday 19 February 2014

Setahun Lalu




Setahun lalu aku baru saja mencoba menepis "bagaimana,bagaimana, bagaimana" dengan jawaban yang tak akan ku dengar dengan pasti
Setahun lalu terdengar begitu lampau namun ternyata terasa sangat sebentar
Setahun lalu umur mu masih belum memasuki usia seperti tempat pertunjukan film

Setahun lalu..

Itu berarti tahun ini angkamu bertambah satu dan angka menungguku pun ikut bertambah
Sungguh.. Waktu sangat cepat bergulir

Setahun lalu..

Aku tak memberi nama dari pesan yang aku kirim

Setahun lalu

Masih sama rasanya seperti tahun sekarang...

Monday 13 January 2014

Tuesday 2 July 2013

Black Male


Perempuan ini selalu bertanya ketika ada suatu hal yang terkadang tak bisa meyakinkanya. Kemudian ia berdoa agar akan ada jawaban entah darimana datangnya. Riuh bintang dengan cahayanya yang terkadang lebih banyak dari sebuah bulan juga seiring dengan tubuh yang berselimutkan ucapan selamat malam dari sang semesta. Mungkin dari situ Pemilik Semesta memberikan jawaban atas apa yang tak bisa ia yakini untuk saat ini.

Adegan demi adegan yang entah memang sudah dipersiapkan atau hanya hasil dari refleksi apa yang ia pikirkan. Dirinya hadir dalam bunga tidurnya kali ini. 

Ia hanya memandangi sesosok laki-laki yang tak asing lagi baginya. Sambil terus mengamati dan mencoba mendengar apa yang dikatakan oleh laki-laki itu. "Ini boleh diambil nanti kasih lagi ya" ucapnya kepada salah seorang temannya. Perempuan ini pun coba mendengar kemudian menyamakan dengan suara yang sebelumnya ia pernah dengar. Bertahun mengaku mencintai namun tak pernah sekalipun ia mendengar suaranya. Kali ini ia yakin bahwa itu adalah suara yang pernah ia dengar.

Pagi ini ia bangun dengan perasaan yang harusnya tak dirasakannya. Sebelumnya ia memang merasakan rindu yang bisa dibilang seharusnya sudah menjadi kadaluwarsa. Namun Pemilik Semesta ini terlalu baik sehingga lagi dan lagi ia mengirimkan sosok itu lewat bunga tidurnya.

Dipandanginya lelaki itu. Ia melihatnya dari balik tembok entah dimana saat itu yang ia lihat di suatu jalan lelaki itu berjalan bersama segerombolan teman-temannya. Matanya terus megikuti setiap gerak-gerik lelaki itu. Sampai pada akhirnya lelaki itu berhenti untuk sekedar membasuh keringat dimukanya. Lelaki itu membuka jaketnya sekarang yang ada hanya ia mengenakan kaos polos berwarna hitam. Perempuan ini hanya terus berdecak kagum akan apa yang sedang ia lihat.

Lalu ditengah perjalanannya perempuan ini mencoba menghampirinya. Ia mendekat kearah lelaki itu yang masih membelakanginya dan tak mengetahui kehadirannya. Ia menyebut nama lelaki itu dan berkata "Aku kangen kamu". Terkaget perempuan ini ketika mendengar jawaban dari lelaki itu dan ia masih belum berbalik dari posisi awalnya. Lelaki itu berkata "Hampiri aku kemudian peluklah aku". 

Thursday 30 May 2013

Tak berjudul


"gaaaaaa..... tungguinn !!" Tiba-tiba saja terdengar suara perempuan memanggil, rasanya suara berisik itu tak asing lagi di telinga Yoga. Benar saja belum sempat menoleh "Buggg..." suara pukulan seseorang memukul punggungya dengan buku.

"Buru-buru banget sih capek nih ngejar-ngejar lo lari-lari begini" perempuan itu terdengar amat kesal karena memanggil Yoga yang tak kunjung menoleh. "Wetsssss buk santai dong sakit nih punggung gue" ujarnya sambil mengelus-ngelus punggungnya sendiri.

" Ntar malem temenin gue pergi yuk bosen nih bokap nyokap lagi ke Bandung" terang Alika. Alika memang sering sekali mengajak Yoga keluar ketika ia sedang ditinggal pergi kedua orang tuanya walau hanya sekedar untuk menemaninya makan malam ataupun  memutari jalan komplek. Maklum Alika adalah anak tunggal di keluarganya jadi siapa lagi yang diajaknya untuk bermain selain Yoga sahabatnya semenjak sma.

"Aaaaahh gak bisa lo jalan sama mbok aja sana..." tiba-tiba Yoga menolak sembari jalan meninggalkan Alika. "Bugggggg" Alika memukulnya lagi. Kali ini langkah Yoga benar-benar terhenti lalu menoleh dan memegang pundak Alika sambil berkata "Alika sayang lo tau gak gue ini manusia punya tulang bukan kasur yang bisa lo pukulin". Alika pun kesal mendengar pernyataan kalau Yoga tak bisa menemaninya. Seharusnya Yoga yang kesal karena sudah dua kali ia terkena pukulan Alika. Wanita itu memang begitu harus selalu saja dituruti kemauannya. 

"Kenapa gak bisa? biasanya juga bisa?" sambil mengerutkan dahi dan mengangkat satu alisnya yang cukup tebal. Kali ini Yoga harus dengan berat hati menolak ajakan Alika karena nanti malam ia telah mempunyai janji dengan Jeny. "Soalnya gue udah ada janji sama seseorang" Yoga pun terpaksa harus mengatakannya pada Alika, padahal ia sudah berusaha pulang lebih cepat agar tak bertemu Alika di kampus tetapi apa mau dikata Alika berhasil menemuinya.

"Siapa yang udah bisa bikin lo gak bisa nemenin gue? jangan bilang Jeny?" tanya Alika dengan dahi yang semakin mengkerut ditambah alis dan matanya yang semakin sinis. Entah mengapa Alika memang selalu saja sebal ketika Yoga berbicara mengenai Jeny.

"Ka, maaf banget gue gak bisa nemenin lo kali ini, ya itu tadi gue udah ada janji sama Jeny nanti malem" Yoga coba menjelaskan dengan hati-hati. Akhirnya tanpa berkata apa-apa lagi Alika pun pergi tanpa berbicara sepatah kata pun kepada Yoga.

***

Malam ini adalah pertama kalinya kami bertemu setelah hampir 4 tahun kami tidak bertemu.

✉ Jen, aku udah di depan. kamu keluar  yaah :)

Tepat jam 7 aku sudah berada di depan pintu gerbang rumah Jenny tak akan ku biarkan kesempatan ini terlewat begitu saja.

"Hei, ga maaf agak sedikit lama" tiba-tiba dari arah belakang suara merdu itu menelusup ke telinga ku. Jenny terlihat sangat cantik bibir nya yang tipis dibalut dengan lipstick berwarna pink muda, rambutnya dibiarkan terurai sebahu dengan kaos polos berwarna putih dipadu dengan jeans dan flatshoes berwana merah.

Selama didalam mobil kami hanya saling terdiam dan aku yang sesekali mencuri-curi pandangan ke arah Jenny. Walaupun sesekali pula kami membahas obrolan yang sudah standard sekali ditanyakan. "Kita mau kemana ini ga?" tanya Jenny dengan suara lembutnya. "Sebentar lagi juga nyampe kok nanti kamu juga tahu" jawabku sambil mengulum senyum.

Akhirnya kami sampai disebuah tempat roti bakar langganan kami sewaktu smp dulu di daerah fatmawati. "Aahhh aku kangen tempat ini ga" ujar Jenny sambil tersenyum dan memegang bahuku setelah kami turun dari mobil. Dulu ketika kami masih smp tempat roti bakar ini adalah favorit kami. Sepulang sekolah atau sehabis les pasti kami memadamkan rasa lapar kami kesini.

Seorang laki-laki yang melayani di tempat ini memberikan kami menu "terima kasih mas" ucap ku kepada pelayan itu. "Kamu masih mau kita pesan menu yang suka kita pesen pas smp dulu gak jen?" tanyaku. "Boleh udah lama banget aku gak makan itu" jawabnya. Kami berdua sama-sama memesan roti bakar keju dan itu adalah menu yang sering kami pesan dulu ketika perasaan ini belum jauh tumbuh dewasa seperti kami sekarang ini.

Aroma roti bakar dengan segala macam rasa bercampur dengan hangat dari secangkir wedang ronde semakin membuat rinduku terhadap Jeny tak terbendung lagi. Wanita ini kini didepan ku, aku bisa melihat ia memakan roti bakar kesukaannya.

"Jen.." sambil ku pegang tangannya. Jeny melirik kerah tangannya yang telah aku genggam sangat erat. Kemudian aku bertanya "Kalau Tuhan memberi kesempatan kedua untuk seorang manusia kemudian ia harus bagaimana?". "Kalau ia pikir kesempatan itu masih penting ada baiknya mencobanya lagi" jawab Jeny sambil melepaskan tangannya. Kesempatan yang mana lagi yang akan aku tinggalkan setelah sekian lama penyesalan itu ada.

Suasana menjadi lebih hening diantara kami berdua sehabis aku bertanya seperti itu pada Jeny. Aku yakin tangan yang di lepaskan itu pertanda bahwa memang ia tak menginginkan untuk kedua kalinya. Namun aku berharap untuk bisa memperjuangkannya sampai benar-benar ini semua tidak bisa diperjuangkan. Penyesalan karena tak pernah mencoba itu lebih menderita dibanding dengan menerima kenyataan yang tak diinginkan.

Kami pun pulang aku mengantarkan Jeny ke rumahnya dengan tidak ada lagi sepatah kata pun yang keluar dari mulut aku maupun Jeny selama perjalanan. Entah apa yang salah dari pertanyaan dan sikap ku tadi kepada Jeny.

Sesampainya dirumah Jeny, ia langsung saja membuka pintu mobil dan begitu saja masuk kedalam rumah. "Jen.. kamu gak mau ngomong apa-apa lagi?". Jeny menoleh dan hanya tersenyum sambil berlalu menuju dalam rumahnya.
***

"Yoga kemana ya kok hari ini dia gak masuk? dikirain telat taunya emang ni anak gak masuk" gerutu Alika dalam hati sambil memasukkan buku-buku kedalam tasnya. Sedari tadi aku coba menghubunginya pun tak ada jawaban.

Aku menuju rumah Yoga dan berharap ia hanya ketiduran sehingga tidak berkuliah hari ini. Belum sempat aku turun dari mobil persis didepan rumahnya terlihat Yoga membuka pintu gerbang rumahnya dengan motor yang telah siap. Segera aku menghentikan mobil lalu menghampirinya " Yoga lo mau kemana?". Lelaki bermata coklat itu pun hanya menoleh sikapnya aneh ia tak menghiraukan panggilanku dan tetap menaiki motornya. 

"Yoga.. ehhh kenapa si lo aneh banget". Tatapan matanya kosong aku tidak tahu apa yang telah terjadi semalam sampai-sampai Yoga seperti ini. "Minggir ka gue mau pergi ada urusan" ia pun tetap pergi sama sekali tak menghiraukan ku.

Aku tak habis pikir apa yang sebenarnya terjadi ada apa dengan Yoga. Seketika aku terpikir terpikir tentang Jeny mungkin ada hubungannya sikap Yoga dengan pertemuan mereka semalam. 

Yoga sangat cepat melaju dengan motornya aku tak bisa mengikuti kemana ia akan pergi. Kalau dengan kondisi yang seperti ini kami biasanya pergi ke salah satu taman dekat komplek rumahku. Taman itu terlihat biasa namun ada satu yang membuatnya istimewa yaitu bangku taman yang ketika diduduki akan langsung mengarah tepat ke tempat permainan anak-anak. Yoga senang sekali dengan anak kecil jikalau hatinya sedang tidak enak pasti ia senang duduk disana berlama-lama melihat anak-anak bermain. 

Namun sayangnya bangku itu kosong Yoga sama sekali tak terlihat disana. Aku rasa ia memang benar-benar ada urusan yang sangat penting. Mungkin menemui Jeny.. aku tahu kalau Yoga sangat mencintai Jeny semenjak mereka sama-sama di bangku smp. Aku juga tahu kalau selama mereka tak bersama semenjak Jeny memutuskan untuk kuliah di luar negeri Yoga masih terus memikirkannya. Kemudian aku juga tahu kalau perasaan ini tak akan pernah bisa terbalas.

Yoga sahabatku namun aku tak pernah benar sungguh-sungguh meinginkannya untuk selalu menjadi seorang sahabat. Aku ingin ia mencintaiku dengan teramat sangat seperti ia mencintai Jeny. Aku ingin ia selalu menjaga dan menemani ketika aku ditinggal oleh kedua orang tua ku ketika bertugas diluar kota. Aku juga ingin untuk bisa selalu menemaninya disini duduk berdua di bangku taman sambil melihat sekumpulan anak-anak yang bermain.
***

Tak pernah pikiranku serumit ini aku hanya ingin Jeny sadar bahwa kalaupun ada orang yang menunggunya dengan setia itu hanya aku. Didepan rumah Jeny  terlihat pak diro supir Jenny sibuk memasuki barang-barang Jeny kedalam mobil bagaimana tega Jeny membohongi aku.

"Pagi pak.. Jeny ada didalam?". "Ohh ada den masuk saja kedalam".

Aku memasuki rumahnya nampaknya terlihat sepi namun di tengah ruangan bernuansa minimalis seorang wanita sedang duduk di sofa. Aku duduk disampingnya "Kenapa kalau kamu pergi aku gak boleh tahu?". Jeny terlihat sangat kaget mengetahui aku ada disampingnya tiba-tiba saja ia berdiri dan memasukan sesuatu kedalam tasnya. "Yoga kamu kenapa bisa disini?" jawabnya terbata-bata. "Kamu bahkan gak pernah tahu kenapa aku selalu coba ada disamping kamu".

"Yoga maaf aku harus berangkat sekarang" Jeny mencoba mengalihkan semua pembicaraan. "Jen aku bukan pembunuh yang bisa bahayain kamu aku cuma perlu kamu denger" ku halangi langkah Jeny. "Aku gak perlu denger apa-apa dari kamu ga sekarang aku mohon kamu minggir".

Aku menghela nafas "Oke kalau itu mau kamu.. silahkan pergi". Jeny berlalu meninggalkan ku tanpa membiarkan semua penyesalan ini terampuni walaupun hanya sedikit. 

"Yoga kamu mau tahu kenapa semenjak malam itu aku gak ngomong apa-apa lagi sama kamu?" tiba-tiba suara itu bagaikan air segar ditengah hamparan pasir. Aku yang masih membelakangi Jeny kemudian menoleh. 

"Ini.. ini yang bikin aku pengen kamu ngerti kalau gak bisa terus-terusan kamu mencintai aku" jeny menunjukkan selembar kertas.
"Kenapa kamu larang aku mencintai kamu Jen?"
"Ini ga.. gimana bisa aku ngehancurin kebahagiaan wanita yang hatinya lebih besar dibanding aku?"
"Apa si maksud kamu aku gak ngerti?"
"Aku nemuin ini dikaset yang aku pinjem sama kamu waktu dimobil. Waktu sampai rumah aku dengerin dan  
 pas aku buka ada kertas ini ga"

Kubaca selembar kertas ini tertera namanya dibawah akhir tulisan. Dulu Alika memang pernah meminjam kaset ini namun aku tak tahu kalau ia sudah menaruhnya kembali didalam laci mobil. Aku pun tidak tahu kaset apa yang Jeny pinjam semalam dari ku. 

"Ga.. aku mohon kamu pikir baik-baik. Aku belum untuk kamu saat ini. Tapi dia udah punya semuanya buat  
  kamu. Kamu hanya perlu membuka mata kamu lebar-lebar kalau sesuatu yang tulus pasti bakal bisa kamu 
  rasain tapi bukan dari aku."
"Gimana mungkin?"
"Itu cuma kalian yang tahu jawabannya. Dan yang terpenting kamu harus tahu tanpa kamu kasih tahu aku 
 tentang semua perasaan kamu aku udah mengerti ga. Aku ucapin terima kasih sama kamu tapi ada baiknya 
 kamu kasih semuanya ke orang yang tepat."

Kami berpelukan mungkin untuk yang terakhir karena aku tak pernah tahu kapan Jeny akan kembali lagi kesini. "Aku pergi ya ga" perpisahan ini diakhiri dengan kecupan hangat Jeny dikeningku.

Tuesday 19 February 2013

Selamat Ulang Tahun, Kamu.


Harimu telah diingatkan oleh telepon genggam ku. Lalu fajar menyapa matahari tak terlihat pagi itu suasana mendung kaca kamarku basah nampaknya semalam turun hujan. Ku ambil ponselku lalu jariku mulai bergerak menulis kalimat ucapan karena hari kelahiranmu hari ini. Mungkin ucapannya sederhana tapi ya memang begitu sama seperti mencintaimu dengan semua keterbatasan ini. 

Sempat beberapa kali pesan itu hanya tersimpan dan tak kukirimkan. Sampai akhirnya aku berpikir ini niat baik jadi kenapa tidak ku coba lagi tahun ini. Kenapa terdengar seperti orang yang tidak lulus ujian tahun kemarin lalu harus mengulang ujian lagi tahun ini?

Itulah kenyataan..

Pesan terkirim.. Handphone ku mati sesaat aku mengirimkan pesan itu. Setelah ponselku mendapat energi untuk diaktifkan tidak lama sebuah pesan masuk.

"......................................................................................................."

Maaf tak bisa kuberitahu apa isinya..

Dulu.. aku ingin sekali mencobanya. Kemudian aku bertekad untuk menyelesaikannya tepat dihari dimana ia mendapat ucapan dari orang-orang disekitarnya. Kemudian hari ini niat kurungkan sampai malam tiba aku belum juga membalas pesannya. 

Penakut.. Pengecut.. !! Dua kata itu berputar di kepalaku. Ibarata anak kecil sedang mengejek temannya karena tak berani bermain keluar dua kalimat itu seakan menjulurkan lidahnya kearahku.

Berakhir... Padahal memulai saja belum.

Aku memutuskan untuk menghentikan niatku semua rencana yang telah kubuat. Aku akui aku kalah atas ketidakberanianku dan keragu-raguan ku. Tapi rasanya ini lebih baik aku tak ingin membuat suasana menjadi semakin menjadi riuh dan terdengar hiruk pikuk yang mengganggu. Jauh diluar semua ketakutanku terhadap kamu yang telah menyita seluruh pemikiranku niat ini sungguh tak ingin memaksamu. 

Ku biarkan kau bebas menari dengan semua pilihan hidupmu. Lalu aku? Aku tetap disini melihatmu dari jauh dan sesekali menengok kau diseberang sana sambil tersenyum. 

Mencintaimu dengan keterbatasan yang kubuat sendiri sebenarnya.. 

Terdengar bodoh.. katanya mencintai tapi tak pernah berani mengungkapkannya. Lalu apa artinya? 
Aku tahu rasa ini memang besar tapi mungkin aku akan kalah dengan orang diluar sana yang mungkin mempunyai kesempatan untuk bisa bersama dengannya. Nampaknya sia-sia?

Menurutku tidak.

Aku selalu yakin Allah tidak pernah membiarkan apa yang terjadi dihidup ini dengan sia-sia. Semua ada artinya. 

Untuk kamu..
Terima kasih untuk semua perasaan yang kau hadirkan dikehidupanku. Kamu adalah inspirasi yang memutari pikiran yang akhirnya membuatku mencoba menulis sebuah karya.. Doakan agar semuanya cepat selesai dan mencapai tujuannya.

Ini yang kusebut arti dari kehadiranmu untuk kehidupanku..


Sekali lagi, 
selamat ulang tahun kamu.. :)


Xx
Qiqi