Monday 25 February 2013

Peluk




Suara sendok yang berputar mengiringi putaran cangkir berwarna putih ditengah silaunya matahari serta suara jam dinding yang berputar mengikuti porosnya memecah keheningan yang semakin membuat dada ini semakin sesak. Lalu lalang kaki ku berjalan sambil sesekali menengok kearah pintu gerbang berharap sebuah motor vespa berwarna merah merapat.

Akhirnya ditengah rasa ketidakkaruan ini aku memilih duduk di sofa terletak dipojok dekat jendela namun dari sini aku masih bisa memantaunya ketika ia datang. 

"Kringggg..Kringgggg" tiba-tiba suara telepon di ruang tengah membangunkanku. 

"Hallo...Assalammualaikum.." "Walaikumsalam.. Cit motor ku mogok tapi ini udah selesai sabar yaa.. bentar lagi aku sampe" "Cesa? kamu dimana?" "Aku di tukang tambal ban deket rumah kamu tenang udah selesai kok ini mau jalan kamu tunggu aja ya" "Ohh..iyaa hati-hati ya".............................

Pertemuan kami molor setengah jam Cesa mengurusi motornya yang ternyata mogok. "Syukurlah.. aku pikir dia tidak jadi datang" ucapku dalam hati.

"Teetttttttttttttttttttt" beberapa menit kemudian suara bel berbunyi. Segera aku beranjak dari sofa kemudian menghampirinya ke luar disana sudah terlihat sesosok laki-laki dengan kaos berwarna abu-abu dan memakai helm berwarna merah kesayangannya. Ia memasukan motornya kedalam garasi lalu perlahan ia membuka helmnya rambutnya pun berantakan. "Kasian keringetan capek yaa nungguin motornya" sambil ku usap rambutnya. "Aku kangen diginiin sama kamu cit" matanya menatap tepat kearah ku.

"Kita masukk yuk nanti aku masakin mie goreng kesukaan kamu" ku pegang tangan kanannya sambil membawanya masuk. Aku langsung membawanya keruang tengah kemudian memberikannya secangkir teh yang sedari tadi telah ku buat. Kemudian aku segera menuju dapur dan mulai menyalakan kompor untuk memasak mie goreng kesukaan Cesa. 

Tidak sampai 5 menit mie goreng pun sudah siap aku segera membawanya kepada Cesa. "Wuaaaah wangiiiii asik nih lagi laperr" cesa tertawa. "Maaf yaa aku cuma bikinin mie goreng, kamu kan pasti udah tau jawabannya" tambahku. "Apapun yang kamu buat aku pasti makan" Cesa mengusap rambutku dan menatapku. Tatapan mata Cesa selalu saja membuatku merasa teduh entah mengapa dalam keadaan apapun ketika semua sedang tidak bersahabat Cesa selalu bisa mendamaikan.

Cesa menyantap mie goreng buatanku dengan lahapnya sepertinya energinya terkuras akibat menunggui motornya ditengah cuaca terik. Aku akan merindukan masa-masa ini sendirian tak bisa lagi aku meminta Cesa datang kerumah dengan leluasa dan menyuruhnya untuk berdiam diri dan hanya aku yang melayaninya.

"Huuh lapernya ilang makasih ya cit" ia mencubit pipiku. "Ces kita gak bisa kaya gini lebih lama lagi emangnya?" spontan aku mengatakan itu. Kemudian Cesa menggeserkan tubuhnya lebih dekat denganku lalu ia menggenggam tangan kananku dan berkata "Cit kamu janji kan gak akan ngebahas ini lagi, kita udah sepakat dan hari ini aku datang untuk menuhin semuanya. Aku mau kita sama-sama bisa ikhlas dan pada akhirnya hubungan kita akan selalu baik walaupun statusnya berbeda".

Tanpa terasa air mataku jatuh perlahan entah apa yang membuat semua ini bisa terjadi. Hari-hari sebelumnya rasanya aku masih bersama dengan Cesa, aku masih menjadi miliknya dan dia masih menjadi milikku. Tapi kenapa hari ini harus menjadi yang terakhir kalinya aku menghabiskan semua kebahagiaan bersama Cesa. "Hei kamu kenapa nangis? kan kamu janji sama aku gak akan ada tangis-tangisan hari ini.. cit come on..".

Perpisahan ini sebenarnya tidak seharusnya terjadi semuanya masih bisa diperbaiki, aku sebenarnya akan masih terus berusaha mengerti semua kegiatan Cesa yang super sibuk. Tapi mungkin Tuhan mempunyai rencana lain untuk saat ini. Kami dipisahkan untuk dipertemukan kembali ketika semuanya semakin baik atau  sama sekali tidak akan dipertemukan sampai akhirnya yang lebih baik akan datang. Entahlah tapi jika aku diperkenankan untuk memilih kembali aku tetapi akan memilih Cesa menjadi bagian dalam hidupku.

Aku ingat bagaimana malam itu kami berdua bertengkar hebat tidak pernah aku melihat Cesa berkata setinggi itu. Cesa mahasiswa super sibuk dengan segudang kegiatannya dikampus juga dengan bisnis yang baru saja dimulainya dan aku wanita yang terkadang terlalu egois meminta lebih banyak waktu kepada Cesa. Masalah itu memang selalu menjadi hal yang tak pernah terpecahkan walaupun sebenarnya masih mungkin terselesaikan. Akan tetapi pada akhirnya kami menemukan satu keputusan untuk menghentikan sebelum semuanya semakin jauh dan tidak baik untuk hubungan kami. 

"Cit.. kamu akan selalu jadi indah untuk aku". "Ces.. aku mau kamu peluk aku sebelum akhirnya kita bukan  lagi menjadi aku dan kamu". Mata kami saling bertemu lalu dekapan hangat itu menjadi tanda perpisahan kami.

4 comments:

  1. bikin sedih, tapi happy ending!
    :)
    senangnyaaaa ...

    Eh mampir ke blog aku yuk!
    Aku lagi bagi pulsa @Rp 5.000 untuk 5 orang dengan hanya berkomentar di http://argalitha.blogspot.com/2013/02/berhemat-dengan-undangan-pernikahan.html
    tapi komentarnya harus nyambung dan seru, ya :) jangan lupa tinggalkan nama akun twitternya. Paling lambat tanggal 27 Februari jam 9 malam.
    aku tunggu. Terima kasih ^^

    ReplyDelete
  2. nice :) terlalu mainstream tapi ya kalo kebanyakan cerita happy ending hihi

    ReplyDelete