Saturday 26 July 2014

YouniQ






Yummy Yummy Edition
Volume 3

Instagram  : youniq_
Facebook : Youniq

So enjoy, yummy yummy.. Nom 

Wednesday 2 July 2014

Berjanjilah

"Jangan pernah menyerah hingga tetes darah penghabisan"

Begitu kiranya seharusnya kita berjuang untuk mengejar mimpi-mimpi yang kita miliki. Namun terkadang ada hal-hal yang membuat kita bertanya "apa masih sanggup?" atau "apakah masih pantas?" semua ini diperjuangkan. Rasa pesimis yang terkadang mampir dalam perjalanan hidup kita, itu wajar karena tak mungkin hidup berjalan lurus-lurus saja. Ada begitu banyak godaan yang datang menghampiri untuk sesuatu yang kita inginkan.

Saya pernah menyerah untuk suatu keadaan, dulu.

Berada diposisi merasa menjadi orang yang tak bisa melakukan apa-apa, saya kalah telak dengan yang lain. Saya merasa mereka sudah mencuri start terlebih dahulu dibanding saya dan itu menyebabkan saya tertinggal cukup jauh. Sampai pada akhirnya semua itu saya biarkan berjalan dan nampaknya keadaan masih saya anggap baik-baik saja. Saya ingin menyerah namun saya harus menyelesaikan suatu tanggung jawab ini terlebih dahulu. Karena sekiranya jikalau saya keluar dari zona ini saya pernah berusaha untuk mencobanya.

Terlewat dari masa-masa sulit itu saya mencoba perlahan menarik diri dan menyibukkan dengan hal-hal lain. Saya menemukan kenyamanan ditempat lain dan yang terpenting saya menaruh hati saya pada tempat yang baru saya datangi. Bukan berarti pada yang sebelumnya saya tak pernah melakukannya dengan hati akan tetapi ada sesuatu yang menurut saya lebih baik yang mungkin untuk saya jalani. Ada beberapa pihak yang menerka-nerka tentang saya, ah tau apa mereka tentang saya biarlah ini menjadi keputusan yang akan saya pertanggung jawabkan sendiri.

Akhirnya, saya menyerah untuk suatu keadaan yang benar-benar membuat saya tak bisa lagi bersatu dan berdiri bersama-sama. Saya cenderung orang yang akan lebih baik menarik diri dibanding saya tetap ada disana namun hati ini seperti menolak. Saya hanya ingin jujur untuk setiap apa yang saya lakukan.

Hari ini saya menjadi orang yang ingin lebih jujur menjalani apapun yang saya lakukan. Menjalani sesuatu yang menurut saya itu bisa membantu saya untuk membangun mimpi-mimpi saya. Orang lain tak tahu bagaimana proses dirimu untuk bisa menjadi lebih baik yang mereka ingin tahu adalah dengan apa yang telah kamu lakukan. Berbuatlah sesuatu untuk menolong dirimu menjadi dirimu yang sebenarnya. Jangan pernah menjadi orang lain tetaplah menjadi dirimu yang Allah ciptakan dengan segala kebahagiaan yang ia akan berikan.

Dulu, mungkin saya pernah menyerah. Akan tetapi saya percaya semua hal yang terjadi tidak lain atas ijinNYA dan segala sesuatu yang datang dari Allah akan selalu lebih baik dari apa yang kita rencanakan. Jikalau pernah menjadi ataupun merasa menjadi yang terburuk mulai sekarang jangan pernah menyerah lagi. Mulai sekarang yakinkan dirimu kalau Semesta akan selalu memberikan hal besar jauh dari apa yang kita bayangkan, asalkan kita percaya dan selalu berusaha untuk mencapai itu semua.

Mengutip dari salah satu penyanyi yang selalu terdengar Tulus "Yang Terburuk kelak bisa jadi yang Terbaik".

Saya menulis ini bukan berarti saya adalah orang yang sudah berhasil atau bagaimana, saya hanya ingin membagi sedikit semangat dengan kalian yang mungkin pernah sempat menyerah seperti saya. Berjanjilah mulai sekarang tak akan pernah menyerah lagi untuk sesuatu yang benar-benar ingin kamu perjuangakan.



Best Regards,
Qiqi Nur Indah Sari

Monday 31 March 2014

Surat Untuk Mantan



"Ada senja yang belum usai" begitu kata mu.

Terbaca sebuah kata yang seketika membuat tangan ini menorehkan balasan dalam kertas.
Sebelum lagu ini mencapai menit terakhirnya aku pun tergerak untuk kembali melihat semua yang telah tersusun rapi didalam kotak ini.

Kotak coklat ini bagaikan roll film yang menyimpan adegan demi adegan yang terekam.
Mereka itu saksi.
Saksi dari sebuah cinta yang tak sempat menjadi KITA.

"Aku dan Kamu itu Kita dengan Cinta" aku ingat betul ucapan hangatmu di kala mendung sedang menghampiri kota yang menjadi tempat kelahiran kami berdua.

Ada sebuah mawar merah yang bunganya sudah kering di kotak coklat ini.
Melihatnya aku menjadi ingat sebuah bangku di salah satu taman kota dekat komplek rumah ku.
Ketika waktu menjadi hal yang mahal bagi Kita untuk bertemu, mendatangi taman itu menjadi hal mudah tanpa harus berpikir lagi kemana kita akan menghabiskan waktu.

Aku ingat mawar ini kau bawa setelah dua minggu kau tak mengunjungi ku.
Pekerjaanmu sebagai laki-laki memang harus lebih giat dikarenakan kelak kau harus menjadi kepala keluarga untuk wanita pilihanmu dan juga anak-anak mu nanti.

Sekarang, mawar ini kering.
Harumnya tak seperti dulu saat pertama kali kau memberinya di taman.
Di antara matahari yang telah mulai sedikit demi sedikit pulang ke rumahnya kau memberinya sambil berkata "Jaga mawar ini seperti kau menjaga rasa sampai hari ini".

Untuk seorang laki-laki, Kamu.

Kamu yang dahulu selalu menjadi sisi lain dari Aku.
Kamu yang dahulu selalu menjadi teman penikmat senja bersama ku.
Kamu yang dahulu selalu mendampingi ku di bangku taman itu.
Kamu yang dahulu selalu menjadi Cinta di dalam "Kita" yang terus ku doakan.

Untuk seorang laki-laki, Kamu.

Kamu yang sekarang tak lagi menjadi bagian dari sisi kehidupan ku.
Kamu yang sekarang tak lagi menjadi teman laki-laki penikmat senja ku.
Kamu yang sekarang tak lagi mengunjungi bangku taman itu.
Kamu yang sekarang tak lagi ku sebut dalam doa ku untuk bisa menjadi "Kita".

"Senja yang belum usai silahkan kau selesaikan dengan wanita pilihanmu yang bukan aku, nanti"
- Teman penikmat senjamu, dulu

Akhirnya aku melipat kertas surat ini dan memasukkannya ke dalam amplop merah.



Tulisan ini diikutsertakan untuk lomba #suratuntukruth novel Bernard Batubara

Wednesday 19 March 2014

Bersama Hujan

Kemudian matanya seperti ingin menerkam tubuhku yang mulai digelayuti dengan rasa dingin yang mengepung disekujur tubuhku. Ini lebih menakutkan dari mahkluk yang mungkin tak terlihat disekeliling kami saat ini. Sudut kota ini sudah semakin sepi dan tak terlalu terdengar hingar bingar suara kendaraan yang berlalu-lalang. Sementara itu hujan turun semakin deras menghujani kota kelahiran ayahku yang pada akhirnya karena ayah juga aku berada disini.

Bandung selalu semakin terasa syahdu ketika hujan turun. Semakin terasa lebih hangat mungkin jika hujan-hujan seperti ini kau sedang bersama seseorang (bukan) kekasihmu. Mungkin aku sedang merasakan kehangatan itu. Kedua tangannya mulai menggenggam kedua tanganku, sela-sela jarinya dimasukkan kedalam sela-sela jariku. Kami pun saling menggenggam.

Aku tak mau memikirkan hal apapun yang lain selain niatnya yang hanya untuk mencoba meminimalisir rasa dinginku. Kami harus berteduh disuatu mini market yang telah tutup semenjak jam 10 malam tadi. Semakin deras hujan itu turun semakin deras pula ribuan getaran yang muncul di dadaku.

"Ami.." ia memanggilku dengan lembutnya.

Aku hanya mengarahkan mataku ke arah matanya. Entah perasaan seperti apa yang sedang aku rasakan saat ini. Rambutnya yang basah juga mata sayunya yang terlihat semakin sayu karena air yang belum sempat terusap diwajahnya seakan memaksa aku untuk menelisik lebih dalam.

"Ami.. sampai saat ini aku tak pernah tahu jawabannya, mengapa rasa sebagai teman tak pernah benar-benar hanya sebagai seorang teman. Terlebih kepadamu" lalu ia semakin erat menggenggam jemariku.